SATU
Saya tidak tahu harus bagaimana mengawali tulisan ini. Jujur saja, jari jemari saya sudah kaku, tak tahu harus memilih huruf yang mana untuk sekedar menjadi penentu awal. Terlebih lagi, pikiran saya, efek domino tontonan drama korea membuat naluri menulis saya hilang seketika. Padahal, begitu banyak yang ingin saya tumpahkan, saya ceritakan, dan saya bagi. Tentang saya dan dia.
Bahagia, juga penuh syukur. Hari ini, tepat sepuluh bulan yang lalu, saya bersama dengan pasangan halal saya memulai bahtera rumah tangga, yang kata orang, penuh dengan banyak pelajaran kehidupan. Bukan hanya soal suka ataupun duka, soal aku dan kamu, tapi soal kita. Semua hal tentang kita yang berbeda tapi selalu terasa sama.
Mas Huda, begitu saya memanggilnya setiap waktu. Dia benar-benar melengkapi hidup saya. Humor dan candanya membuat saya tersenyum setiap waktu. Perhatiannya pun membuat saya trenyuh. Jangan ditanya soal cintanya, rasanya tidak ada hari tanpa saya merasa menjadi wanita paling dipuja. Bahkan, rasa sayangnya tak bisa dibandingkan dengan sekelumit barisan kalimat indah yang ingin saya lontarkan padanya. Ah, saya benar-benar bahagia . Andai kalian semua tahu bagimana perasaan saya, mungkin kalian akan menyuruh saya membuka mata. Ini bukan negara di atas awan, ini nyata.
Mulai Berkenalan
Bersama mas Huda adalah perjalanan panjang. Sekitar 7 tahun yang lalu, saya mulai mengenal namanya. Hanya nama, tanpa tahu bagiamana pribadinya. Begitu indah Allah mempertemukan kami dalam sebuah lembaga organisasi mahasiswa di tingkat kuliah. Sebuah lembaga di bidang menulis, bukan bidang yang saya cintai tapi sungguh dicintainya.
Saya ingat betul, kala itu saya mengikuti tes wawancara. Dan mas Huda dalam balutan batik hijau merah duduk di sebelah saya. Dia mengenalkan seluruh anggota organisasi yang berperan menguji saya. Masih lekat di ingatan saya, sikapnya yang tampak kalem dan berwibawa. Jujur, saya tak pernah berpikir saya akan jatuh hati padanya. Saya tak pernah jatuh cinta, bahkan sekali saja. Masa SMA yang sering dikata masa indahnya remaja memunculkan benih rasa, tak pernah saya alami. Jujur saja, saya orang yang terlalu ambisius. Dalam kamus saya hanya ada nilai yang sempurna. Sekolah nomer satu. That’s it!
Hari demi hari, bulan pun berganti bulan, saya mulai mengenal sosok mas Huda. Baik dan penuh perhatian, begitu kesan saya padanya. Sebagai pemimpin lembaga, mas Huda tak pernah marah. Wibawanya tampak. Bijaksananya pun tak pernah luput. Ia adalah sosok yang mengingatkan ketika salah tanpa menghakimi. Cara bicaranya..., duh, layaknya hipnotis yang membuat saya kagum dan salut. Ah, dia benar-benar kalem dan misterius. Misterius? Hehe.
Diantara banyak teman laki-laki di lembaga tersebut, mas Huda memang terkesan lebih pendiam. Mungkin pendiamnya itu yang membuat saya menyebutnya misterius. Dia tak tampak hobi bergurau seperti yang lain. Kelebihannya, mas adalah pendengar yang baik. Tak jarang, banyak anggota lembaga yang rela antre meminta waktu mas Huda untuk sekedar mendengarkannya bercerita. Soal apapun itu. Entah kuliah, deadline menulis, soal hati, bahkan soal keluarga. Super sekali kan mas Huda hehe...
Lantas, apa yang membuat saya dekat dengannya? Apakah saya termasuk salah satu diantara sekian banyak orang yang meminta waktunya untuk bercerita? Tunggu kelanjutannya ya....hehe
Gresik, 17 November 2016
Menunggu suami tercinta pulang kerja
Labels : Free Wallpapers | Supercar wallpapers | Exotic Moge | MotoGP | Free Nature | car body design
2 komentar:
hai cewek cantikkkkk :)
Hai juga mas ganteng hihi
Posting Komentar