smile

share for smile

Si Bapak

Hari ini, masih sama. Saya menjalani rutinitas makan dengan peraturan bersyarat 3x sehari. Sekali dilanggar, oh men, mungkin saya kembali menjalani kunjungan singkat di hotel ter-wah. (ah, saya belum tulis soal ini, sabar ea).

Pagi sudah menunjukkan pukul 09.00. Saya bersiap cari sarapan sekaligus ingin melihat keberadaan bapak penjahit. Bukan karena saya mau menjahitkan baju, tapi karena janji membantu kakek untuk wawancara beliau. Maklum, kakek bilang, saya orangnya supel (itu mah gue udah tau dari dulu haha ups), sedangkan dia sangat pemalu (yah, dia memang Pe-makan me-lulu hehe).

Sebenarnya, saya agak sangsi bisa menemui si bapak. Alasannya simpel, saya jarang melihat bapak itu. Terakhir kali, sosoknya tertangkap sudut mata saya adalah tepat setelah Kerja Praktek (KP). Dan, oh meeeen, itu lima bulan yang lalu. Terlebih lagi, baju saya fine-fine saja, tak perlu ada yang pingin dijahit. 

Tapi, karena dasarnya si kakek ini ngotot bilang bapaknya masih setia buka tempat jahit di sebelah sakinah, saya mau coba tengok ke sana. Padahal kos saya tepat sebelah sakinah 2 ya, kok saya ndak tahu? Ini gue yang begok, gak update, gak geol, atau gimana?

Akhirnya, tepat pukul 09.10 saya nangkring di ibu penjual lontong depan sakinah, sambil nanya-nanya singkat.

S: Bu, bapak penjahit sudah buka belum ya?
I: Yang biasa jahit di depan situ (sambil menunjuk tukang kunci)?
S: iya bu.
I: Yang sempat pindah ke gang pasar?
S: iya bu. (saya mengiyakan terus ya)
I: Oh, bapak yang rajin ke masjid itu kan?
S: iya bu, yang setiap mendengar adzan langsung berangkat ke masjid.
I: Oh, bapaknya baru saja meninggal.
S: (Shock) Innalillahi, kapan bu?
I: Belum sampai 30 harinya ini.
S: speechless.

Ah, entah kenapa memori saya langsung terkuak tentang bapak satu ini. Saya baru tahu, namanya Pak Sholeh, dari perbincangan itu. Padahal, sudah setahun lebih saya berinteraksi dengan beliau. Saya terbiasa memanggil Bapak, menganggap beliau bapak saya sendiri. Beliau ramah, suka guyon, dan suka bercerita, khas orang tua. 

Pernah suatu ketika, ia bercerita tentang keluarganya, kehidupan anaknya, sakitnya, dan banyak hal lainnya. Meski terkadang, saya bingung sendiri, apa yang membuat si bapak begitu terbuka pada saya. Tapi, satu hal. Saya suka mendengar ceritanya, sembari menunggu jahitan kelar. Saya pun suka dengan kesabarannya. 

Dari beliau, saya sering mendapat petuah. Terlebih, soal sabar yang kata orang tidak ada batasnya. Dalam keadaan apapun, kita harus sabar. Begitu katanya. Saat bercerita soal sakit yang pernah mendera hingga absen menjahit 30 hari lamanya, beliau pun berkali-kali menyebut si sabar. "Allah itu menguji kita karena tahu kita pasti melewatinya. Sakit ini tidak seberapa. Jadi, kudu ikhlas, sabar, dan bersyukur," katanya saat itu, entah saya lupa kapan tepatnya.

Bapak itu selalu tersenyum, untuk semua hal yang terjadi di sekitarnya. Permasalahan dengan salah seorang anggota keluarga pun hanya ditanggapi dengan seulas senyum. "Masalah itu bukan untuk di-suudzan-i. Makin mikir negatif sama Allah, malah makin runyam." Ah, jujur, saya kagum, benar-benar kagum.

Pernah saya datang menjahit dengan muka ditekuk pangkat seribu, si bapak lagi-lagi malah tersenyum. "Ayo ikut ke masjid, tenangkan hati dan pikiran. Atau mau jaga alat jahit saya ini di sini?" katanya sembari guyon. Pak Sholeh, beliau dikenal begitu rajin sholat berjamaah. Adzan berkumandang, pasti beliau langsung bergegas. Alat jahit dan baju-baju yang ingin dipermak itu seolah tak dihiraukannya. Katanya, begitulah caranya bersyukur.

Sekarang, saya tak bisa menjumpai sosoknya. Serangan jantung, begitu kata para tetangga di gang pasar menyebutkan alasan. Ada yang bergejolak di hati saya ketika mendengar 'serangan jantung. Sesuatu hal serupa, 17 tahun lalu, pernah membuat saya ingin menjadi dokter spesialis jantung. 

Bapak, wajar kan saya menangis? Saya masih ingin bergurau dan mendengar petuah bapak. Juga main ke rumah bapak seperti janji bapak saat itu. Entah kapan itu, suatu saat saya ingin datang ke rumah yang selalu bapak banggakan itu. Semoga amal ibadah bapak diterima di sisi Allah. 


22 Januari 2013

 



Labels : Free Wallpapers | Supercar wallpapers | Exotic Moge | MotoGP | Free Nature | car body design