smile

share for smile

Ah, Si Tomboi

“Kamu itu tomboi”
Huft, pernyataan itu selalu saja saya dengar tiap bertemu orang. Nggak di temen kuliah, temen main, temen SMP, temen SMA, sampai yang baru kenal sehari juga bilang saya tomboi. Jadi ingat, ada teman alay yang tidak pernah mau mengakui kebenaran gender saya. (D=dia, S=saya)

D: Kamu itu lebih mirip cowok daripada perempuan
S: Jahatnya, emang saya tomboi gitu?
D: Ngaca dong! (jleb ckit ckit, sakiiiiit)
S: Saya kan kalem.
D: Kamu stres ya? Hahahaha
S: -_- (dalam hati teriak aseeeeeeem)

Memangnya saya setomboi itu? Pernah saya bilang saya tidak tomboi, tapi malah dibilang fitnah. Oh men, sedihnya...Kurang kalem apa saya? Haha. Ya ya, saya menyadari itu kok. Kapasitas kekaleman dan ketomboian saya sepertinya sangat tidak berimbang.

Saya suka hitam ketimbang pink, saya lebih suka sepatu kets ketimbang sepatu yang penuh pita. Saya suka main bola ketimbang ikutan ekstrakurikuler tari. Saya suka nonton bulutangkis, bola, dan motoGP. Ah, saya suka semua hal yang berbau simpel.

Saya jadi ingat, ibu saya pernah ngasih uang hanya untuk satu alasan. Agar saya pergi beli rok. Dengan begitu, saya pasti terlihat perempuan tulen, huks. Hmm..ini terjadi dua tahun lalu. Sayangnya, saat itu saya mengecewakan ibu. Saya memang pergi ke Lamongan, tapi yang saya bawa pulang bukan rok, melainkan celana panjang. Hahahaha..Tau apa yang dikatakan ibu saya waktu itu?

“Nduk, kapan sampean jadi lebih perempuan?” (haha...i am sure, my mom very happy now)

Ya begitulah saya. Tapi, adakah yang sadar, saya juga suka hal yang berbau perempuan lho. Saya suka menjahit, menyulam (gini-gini pernah juara menyulam lho hehe). Saya juga suka membuat sesuatu berbau handmade, seperti sebuah buku lucu, ups. Ah ya, saya suka masak lho. Baru beberapa bulan sih, tapi yang nyicipi masakan saya bilang, masakan saya enak kok (narsis nich).

Temen saya yang alay itu juga pernah bilang, sepertinya saya memiliki dua gender. Saya bisa melakukan hal yang dilakukan perempuan, juga yang dilakukan laki-laki. Multitasking banget, dari masak sampai benerin genteng bocor. Jadi, nanti saya bisa jadi ibu rumah tangga sekaligus bapak rumah tangga kalau si bapak lagi repot hahaha (asem ya)...

Satu hal yang tak banyak orang tahu, saya juga suka gelang. Jangan tertawa, karena itu bukan fitnah. Menurut saya, gelang itu benda yang unik. Gabungan beberapa ornamen yang dirangkai lucu. Yah, saya memang tidak suka memakai gelang sih. Cuma, saya suka mengamati. Jadilah, saya pernah beli beberapa gelang. (Duch, fotonya blur banget di HP)

  ini gelang yang dibeli saat magang di Radar Surabaya
 ini beli di Lamongan sama adek gue
yang ini beli di Makassar saat Pimnas hehe

Saya katakan sekali lagi, saya tidak begitu suka memakai gelang. Tapi, beberapa bulan ini saya sering memakai sebuah gelang pemberian teman. Kenapa? Saya senang saja dapat gelang. Karena saya menghargai pemberian orang lain, saya selalu pakai dengan senyum lho hehe.
Yang ini pemberian dari teman :-)

Rasanya, saya jadi lupa, kalau saya tidak suka memakai benda satu ini. Saya merasa jatuh cinta pada gelang putih ini, makanya sering saya pakai. Saya jadi berpikir, teman saya satu itu juga selalu mengatakan saya tomboi, tapi kenapa dia memberi saya gelang? Jangan-jangan, itu sindiran biar saya cepat transformasi jadi perempuan tulen haha. (i love myself)

Ah, saya tidak peduli apa alasannya, yang jelas saya suka. Meskipun gelang ini sudah berubah warna (dari pink jadi putih haha), meskipun gelang ini lebih simpel ketimbang yang saya punya, tapi bagi saya gelang ini bukan sekedar sesuatu yang kecil. Dan, saya jujur mengatakan ini hehe

Buat teman saya yang memberikan gelang ini, gimana kalau kita pakai gelang yang sama? Trus bikin boyband. Hahaha jadi ngakak, nggak mungkin ya. 

Labels : Free Wallpapers | Supercar wallpapers | Exotic Moge | MotoGP | Free Nature | car body design

Cuma 30 Menit

Setelah semedi di Gua Akbar, saya jadi gandrung nulis nih. Sebuah berkah yang luar biasa setelah empat bulan lamanya saya menghilang dari peredaran dunia curcol hehe. Bayangkan saja, ada yang bilang karena kebanyakan nonton film, saya jadi males nulis. Ada juga yang bilang, saya sok sibuk sampai gak sempet publish tulisan yang sudah satu folder (ups, tulisan apa ya?). Padahal, saya yakin banyak yang kangen tulisan di blog saya hahaha (narsis itu indah :p)

Saya mau corcol soal kepulangan singkat saya ke Lamongan nich (ojo diwoco alay yo). Sabtu lalu, saya ada urusan beasiswa di Pemkab Lamongan bersama Sustia (teman dekat sejak SMA yang kebetulan nangkring di ITS, yang secara kebetulan pernah jadi teman sekamar, teman sekos, juga teman makan mie ayam, ngok).

Karena kuis Pengendalian Proses yang bikin cenut-cenut tujuh turunan ditunda, kami sepakat berangkat pagi dari Surabaya. Janjiannya sih jam 7. Saya bilang, janjiannya ya. Tapi, entah kenapa jadinya malah molor. Saya jadi bingung sendiri, dua kali saya di-PHP-in nih. Sustia yang ngajak jam 7 ternyata bangun terlambat, huks. So, keberangkatan kita mundur 30-45 menit. Dan saya dalam keadaan kelaparan. Kasihan banget..

Muka-muka orang kelaparan itu pasti kelihatan dari jauh. Saya nggak mau dibilang ‘melas’ di tengah jalan. Saya juga nggak mau tanduk saya keluar sampai 78 tanduk. Kaget? Saya sendiri juga kaget kok. Tapi, ini jujur lho. Percaya atau tidak, setiap saya lapar, kadar sensitif saya jadi meningkat ribuan kali. Kalau kamu melakukan sesuatu hal yang membuat hati saya gak enak dalam keadaan saya lagi lapar, wah siap-siap dapat lemparan wajan, panci, pisau, pedang, kursi, meja, dan semua perabotan rumah tangga. #enake

Tapi karena Sustia belum hafal betul kebiasaan saya yang satu ini, akhirnya saya sudah bersiap beli makanan. Cukup roti ukuran kecil, sebotol minuman, dan beberapa snack yang biasa jadi oleh-oleh buat adik saya. Setidaknya, roti itu sudah cukup menghilangkan wajah kelaparan saya hehe.

Nah, setelah sarapan di tempat paling keren (angkot men), saya dan Sustia asyik curcol. Kami curcol banyak hal lho. Dari soal kuliah, kesibukan, sampai cara menurunkan berat badan. Bahasan terakhir memang agak lucu. Temen saya satu ini memang lagi merasa berat badannya sudah melebihi ambang batas normal, ups. Padahal gue juga merasa bernasib sama haha, tapi EGP deh, iya nggak?

Lupakan soal berat badan deh. Udah nggak zaman ngomongin berat badan. Kalau emang gemuk, kenapa? Masalah buat loe? Masalah buat gue? #apa sih

Hari itu saya senang pulang ke Lamongan. Mengamati banyak hal yang sudah berubah. Ya, teramat banyak hingga saya benar-benar pangling. Turun dari bis, kami naik becak melewati sepanjang Jalan Veteran. Yang terlihat pertama adalah SMA Negeri 2 Lamongan, sekolah saya yang famous itu (narsis maneh).

Sekolah saya ini sudah berwajah baru lho. Gedungnya jadi bertingkat, fasilitas lebih lengkap, dan rasa-rasanya makin besar saja. Jadi teringat, setiap istirahat, kami memanggil para penjual itu dari koperasi dengan dihalangi pagar terkunci. Berasa narapidana yang melas haha. Sekolah saya berubah, tapi penjual batagor, pentol, molen, dan es dawet masih sama. Terkadang, saya suka hal yang masih sama 

Beberapa meter kemudian, kami melewati warnet kecil. Ah, jadi ingat lagi. Dulu saya dan Sustia hobi ngenet di situ. Termasuk ketika daftar ke ITS, kami berdua juga bolak-balik ke situ lho. Di sampingnya, dulu hanya ada rumah biasa. Sekarang, ada cafe megah, juga supermarket. Ih wow...kemana saja gue selama ini kok baru tahu?

Ada lagi warnet lain yang biasa kami tongkrongi. Lokasinya tidak jauh dari warnet sebelumnya. Hanya saja, saya jadi heran. Warnet itu sudah raib, digantikan laundry. Wow lagi..ada laundry di sini. Dulu tak ada laundry di Veteran, jadul banget ya.

Becak masih melaju, kami ganti melewati Universitas Islam Lamongan (Unisla). Tempat ini adalah tempat saya pertama kali membuat email alay berkedok Shinichi hehe. Dulu, ruang komputer kampus ini terletak di paling ujung. Harus melewati halaman sangat luas untuk sampai di sana. Tapi sekarang, halaman itu sudah berganti gedung-gedung bertingkat.

Hanya sebentar  perjalanan saya di sepanjang Veteran, sekitar 30 menit kalau ditambah waktu ngendon di Pemkab. Tapi, saya merasa 30 menit ini berkesan. Kami nostalgia banyak hal. Ah sayang, nostalgia ini kurang lengkap tanpa mie ayam langganan saya dan Sustia.

Kapan kita berempat bisa makan bareng di sana lagi? 

Labels : Free Wallpapers | Supercar wallpapers | Exotic Moge | MotoGP | Free Nature | car body design

PHP Lu!

Tahu nggak rasanya di-PHP? Sakit banget deh, suer! Fakta ini sudah diujicoba bertahun-tahun dengan ribuan narasumber lho. Percaya nggak?  (apa sih? Haha). Maaf ke-alay-an saya lagi kambuh nih hehe..

Kali ini, saya mau ngomong soal PHP. Bukan PHP-nya Hypertext Preprocessor, tapi ini PHP-nya anak gaol. Kalau kalian ketemu anak gaul zaman sekarang, atau kalian sendiri memang bagian anak gaul, pasti deh ngerti istilah PHP. Ini singkatan dari Penerima Harapan Palsu atau Pemberi Harapan Palsu. Dan, saya lagi kena imbas PHP dengan arti yang pertama. Sedihnya..

Jadi gini ceritanya, saya dan empat teman jurusan ikutan jalan sehat Dies Natalis ITS. Ada Dwi, Wildan, Bang Jack, dan Mahendra. Sebenarnya, saya dan dua sahabat saya sudah merencakan ikutan acara ini sejak sebulan lalu. Awalnya, jalan sehat ini memang bakal dihelat 11 November. Tapi, entah angin topan dan banjir jenis apa yang membuat jadwal awal bergeser jauh jadi 2 Desember.

Kita beneran serius ikut acara ini lho. Sekali lagi, suer! Bagaimana tidak, saya yang ada urusan di Lamongan Sabtu pagi, langsung balik ke Surabaya sorenya. Dwi dan Wildan yang diminta ibu tercintanya pulang pun, tetap bersikokoh di Surabaya. Semangat kami bernostalgia memang keren ya hehe (apa lagi sih).

Ah ya, ini memang soal nostalgia masa-masa polos jadi mahasiswa baru. Kalau tidak salah, tiga tahun lalu kami mengikuti acara serupa. Acara yang lebih ramai ketimbang kali ini, lebih banyak hadiahnya, juga lebih banyak keberuntungannya (yang terakhir, ada makna tersirat hehe).

Tapi, saya jujur lho, tahun itu kami memang beruntung. Sebuah magicom dan kipas angin super gedhe berhasil kami bawa lari ke Lumajang dan Lamongan. Eh, kami bawa pulang ke kos. Kos Dwi yang paling kondusif pun dipilih sebagai tempat penyimpanan barang berharga itu. Sembari menyimpan, kita buka lapak di web ITS, alias tarik ulur harga bagi siapa saja yang punya niat luhur membeli. Namun, karena semua harga tidak sesuai, dua barang keren itu berakhir di tangan si empunya.

Kali ini, kami ingin mendulang kesuksesan yang sama. Yah, barangkali dewi fortuna datang sambil ngasih salam tempel bermerk Honda Revo. Tidak ada yang bisa memprediksi kan? Iya nggak? J

Semua kebahagiaan itu terhempas ketika avatar kora lebih memilih tinggal di film, ketimbang ikut saya ke acara jalan sehat. Eh ngawur! Maksud saya, ending yang ingin kita buat indah akhirnya hancur berkeping-keping gara-gara satu hal. Dwi bangun terlambat, hiks. Saya yang bangun pertama sudah sms Wildan dan membangunkan Dwi. Dan seperti biasa, proses dari bangun tidur sampi finish siap berangkat itu lamaaaaaaaaaa haha. Saya dan Wildan cukup mafhum. Kami jadi teringat masa-masa dulu. Dwi ketiduran pas kami janjian bareng hihi.

Karena keterlambatan yang tidak disengaja ini, kami baru berangkat ikut jalan sehat pukul 07.30. Waktu yang terlampau siang untuk ukuran jalan sehat. Di mana-mana, jalan sehat pasti dimulai pukul 05.30 atau pukul 06.00. Saya sih berpikir positif saja, mungkin jalan sehat baru dimulai karena hujan baru mengguyur Surabaya shubuh tadi.

Alhasil, tanpa tampang bersalah, kami bertiga jalan dengan semangat 45 sembari asyik guyon. Tepat di Blok T, kami barulah cegek (terkaget-kaget, red). Jalanan ITS benar-benar terlihat sepi. Kami jadi was-was, jangan-jangan acaranya sudah kelar. Oh men, padahal kostum kami sudah oke, botol minum juga sudah di tangan hehe.

Inisiatif pun datang dari Wildan. Ia menghubungi Bang Jack yang menurut kami sudah berangkat duluan, secara dia mau biasa ngojek di sana. (Ups, jujur amat). Wildan yang komat-kamit ngobrol di telp, tiba-tiba memberikan hp-nya pada saya. Dan, inilah pembicaraan yang terjadi antara saya dan Bang Jack.

S: Bang Jack, jalan sehat sudah kelar ta?
B: Belum kok, ini masih belum pengumuman hadiah.
S: Lha, jalannya sudah selesai? Kuponnya?
B: Sudah lah. Saya sudah capk ini. Oh, kupon ambil aja di Statistika. Tapi nggak yakin juga sih hehe. (Dia sudah mematahkan harapan kami di awal hiks)

Sudahlah, anggap omongan terakhir Bang Jack itu angin lalu. Seperti angin berhembus, yang datang, lantas pergi begitu saja (ngek). Kami semangat jalan menuju Jurusan Statistika. Sesampai di sana, hanya nihil yang kami temui. Semua sudah sepi. Kami pun menyadari satu hal, dewi fortuna lagi mampir di tempat lain. Okelah, terima saja, ikhlas rek. Kami tidak kebagian kupon. Sedih versi jumbo deh.

Kami pun memutuskan menikmati banyak makanan tanpa menanyakan lagi kedatangan si dewi fortuna. Pertama, kami mencicipi buah-buah segar. Belum berapa lama, krupuk menarik perhatian kami. Selanjutnya secara berurutan, kami beli lumpia dan cireng. Kesimpulannya, jalan dari kos ke stadion sepertinya membakar satu kilogram lemak, tapi kami pulang bawa dua kilogram lemak haha.

Tahu nggak, kami jadi merasa aneh sendiri. Selama pengumuman hadiah jalan sehat, kami cuma bisa melihat kupon khalayan yang asyik menari-nari. Untungnya ada hiburan makanan, kalau tidak, saya sudah kayang depan panggung haha. Melihat semangat kami (atau kemelasan ya?), dewi fortuna nyatanya masih baik hati. Ia mau mampir sejenak lewat Bang Jack dan Mahendra. Mereka bawa dua tiket milik masing-masing, yang dengan kesepakatan sepihak, langsung jadi tiket bersama. Hoho

Kalau dapat hadiah, kami (tepatnya kami bertiga) sepakat bagi hasil. Kalau dapat Honda Revo, kami juga sepakat bagi lho. Ada yang mau BPKB, ada juga yang mau mesinnya doang. Yah, itu hanya kesepakatan kami. Kesepakatan sepihak yang berujung merasa di-PHP-in. Dari lima motor yang ada, dua netbook, dan puluhan hadiah lainnya, nomor yang tertera di kupon kami sama sekali tidak disebut. Sedihnya...

Tak apalah, meski harus menunggu tiga jam tanpa hasil, kami sudah puas kenyang dan guyon haha. Kami juga sudah melihat proses pemberian cincin dari Mahendra ke Bang Jack (Karena Mahendra belum beli cincin asli, cincin saya disikat buat Bang Jack. Romantis alay ya mereka hahahaha)
Itu Mahendra, ngapain merem ya? lagi berdoa mungkin hehe

Apa ini nostalgia terakhir kawan? Saya harap tidak begitu. Semoga suatu saat, kita bisa jalan sehat bareng lagi tanpa di-PHP. Sepakat? Hehe.

Nb: ini tahun terakhir kita ikut jalan sehat sebagai mahasiswa, amin :-)

Labels : Free Wallpapers | Supercar wallpapers | Exotic Moge | MotoGP | Free Nature | car body design