smile

share for smile

Cuma 30 Menit

Setelah semedi di Gua Akbar, saya jadi gandrung nulis nih. Sebuah berkah yang luar biasa setelah empat bulan lamanya saya menghilang dari peredaran dunia curcol hehe. Bayangkan saja, ada yang bilang karena kebanyakan nonton film, saya jadi males nulis. Ada juga yang bilang, saya sok sibuk sampai gak sempet publish tulisan yang sudah satu folder (ups, tulisan apa ya?). Padahal, saya yakin banyak yang kangen tulisan di blog saya hahaha (narsis itu indah :p)

Saya mau corcol soal kepulangan singkat saya ke Lamongan nich (ojo diwoco alay yo). Sabtu lalu, saya ada urusan beasiswa di Pemkab Lamongan bersama Sustia (teman dekat sejak SMA yang kebetulan nangkring di ITS, yang secara kebetulan pernah jadi teman sekamar, teman sekos, juga teman makan mie ayam, ngok).

Karena kuis Pengendalian Proses yang bikin cenut-cenut tujuh turunan ditunda, kami sepakat berangkat pagi dari Surabaya. Janjiannya sih jam 7. Saya bilang, janjiannya ya. Tapi, entah kenapa jadinya malah molor. Saya jadi bingung sendiri, dua kali saya di-PHP-in nih. Sustia yang ngajak jam 7 ternyata bangun terlambat, huks. So, keberangkatan kita mundur 30-45 menit. Dan saya dalam keadaan kelaparan. Kasihan banget..

Muka-muka orang kelaparan itu pasti kelihatan dari jauh. Saya nggak mau dibilang ‘melas’ di tengah jalan. Saya juga nggak mau tanduk saya keluar sampai 78 tanduk. Kaget? Saya sendiri juga kaget kok. Tapi, ini jujur lho. Percaya atau tidak, setiap saya lapar, kadar sensitif saya jadi meningkat ribuan kali. Kalau kamu melakukan sesuatu hal yang membuat hati saya gak enak dalam keadaan saya lagi lapar, wah siap-siap dapat lemparan wajan, panci, pisau, pedang, kursi, meja, dan semua perabotan rumah tangga. #enake

Tapi karena Sustia belum hafal betul kebiasaan saya yang satu ini, akhirnya saya sudah bersiap beli makanan. Cukup roti ukuran kecil, sebotol minuman, dan beberapa snack yang biasa jadi oleh-oleh buat adik saya. Setidaknya, roti itu sudah cukup menghilangkan wajah kelaparan saya hehe.

Nah, setelah sarapan di tempat paling keren (angkot men), saya dan Sustia asyik curcol. Kami curcol banyak hal lho. Dari soal kuliah, kesibukan, sampai cara menurunkan berat badan. Bahasan terakhir memang agak lucu. Temen saya satu ini memang lagi merasa berat badannya sudah melebihi ambang batas normal, ups. Padahal gue juga merasa bernasib sama haha, tapi EGP deh, iya nggak?

Lupakan soal berat badan deh. Udah nggak zaman ngomongin berat badan. Kalau emang gemuk, kenapa? Masalah buat loe? Masalah buat gue? #apa sih

Hari itu saya senang pulang ke Lamongan. Mengamati banyak hal yang sudah berubah. Ya, teramat banyak hingga saya benar-benar pangling. Turun dari bis, kami naik becak melewati sepanjang Jalan Veteran. Yang terlihat pertama adalah SMA Negeri 2 Lamongan, sekolah saya yang famous itu (narsis maneh).

Sekolah saya ini sudah berwajah baru lho. Gedungnya jadi bertingkat, fasilitas lebih lengkap, dan rasa-rasanya makin besar saja. Jadi teringat, setiap istirahat, kami memanggil para penjual itu dari koperasi dengan dihalangi pagar terkunci. Berasa narapidana yang melas haha. Sekolah saya berubah, tapi penjual batagor, pentol, molen, dan es dawet masih sama. Terkadang, saya suka hal yang masih sama 

Beberapa meter kemudian, kami melewati warnet kecil. Ah, jadi ingat lagi. Dulu saya dan Sustia hobi ngenet di situ. Termasuk ketika daftar ke ITS, kami berdua juga bolak-balik ke situ lho. Di sampingnya, dulu hanya ada rumah biasa. Sekarang, ada cafe megah, juga supermarket. Ih wow...kemana saja gue selama ini kok baru tahu?

Ada lagi warnet lain yang biasa kami tongkrongi. Lokasinya tidak jauh dari warnet sebelumnya. Hanya saja, saya jadi heran. Warnet itu sudah raib, digantikan laundry. Wow lagi..ada laundry di sini. Dulu tak ada laundry di Veteran, jadul banget ya.

Becak masih melaju, kami ganti melewati Universitas Islam Lamongan (Unisla). Tempat ini adalah tempat saya pertama kali membuat email alay berkedok Shinichi hehe. Dulu, ruang komputer kampus ini terletak di paling ujung. Harus melewati halaman sangat luas untuk sampai di sana. Tapi sekarang, halaman itu sudah berganti gedung-gedung bertingkat.

Hanya sebentar  perjalanan saya di sepanjang Veteran, sekitar 30 menit kalau ditambah waktu ngendon di Pemkab. Tapi, saya merasa 30 menit ini berkesan. Kami nostalgia banyak hal. Ah sayang, nostalgia ini kurang lengkap tanpa mie ayam langganan saya dan Sustia.

Kapan kita berempat bisa makan bareng di sana lagi? 

Labels : Free Wallpapers | Supercar wallpapers | Exotic Moge | MotoGP | Free Nature | car body design

0 komentar:

Posting Komentar