smile

share for smile

Story from yesterday!!!

Kemarin itu hari yang fantastis. Dimulai dengan pagi hari, saya merasakan kondisi tubuh kembali tak fit. Padahal, hari sebelumnya saya sudah bisa sedikit guyon dengan orang-orang disekitar saya. Muntah-muntah kembali, smua pun terasa pahit, kepala pusing tak karuan. Tapi, saya hanya diam. Padahal perut pun turut berontak hebat. Sakit, sungguh.

Oke, sesuai nasehat dokter yang baru saya temui kemarin, saya kembali datang rumah sakit. Diam, tanpa komentar apa-apa. Saya siap-siap menyandang tas kecil kesayangan  saya dan lekas berangkat. Teman sekamar yang sedang asyik mencuci baju pun mengira saya terlalu rajin pagi-pagi sudah datang ke kampus. Hehe, saya memang sengaja, tak mau orang lain tahu saya hendak ke rumah sakit. Why? saya tak ingin merepotkan lagi dan tak ingin membuat heboh. Just it!!!

Saya putuskan naik kendaraan masyarakat (hehe) alias angkot berlabel O, turun di depan rumah sakit tepat. Kembali memasuki tempat yg kemarin, saya langsung diperiksa dokter yang berbeda. Badan saya terlalu lemas katanya. "Mau diinfus ya Eka?" tanya si perawat sembari dokter memeriksa keluhan saya lainnya.

Jujur saja, saya tak takut jarum suntik. Tapi, harus disuntik dibagian tangan  yang terlihat mata? oh no...saya ngeri. Akhirnya, meski takut, saya jalani saja kemauan si dokter. Melihat jarum suntik, botol kecil, handsaplast, dan aneka peralatan lainnya langusng buat saya horor. Sambil menahan sakitnya, saya cuma bisa memejamkan mata. Alhasil, mata terbuka, kapas, hansaplast, selang, dan infus sudah terpasang maning di tangan kanan saya. Skit jelas. Tapi tak saya rasakan.

Saat itu, saya merasa lebih baik. Setidaknya, tubuh lemas yang sempat mendera sedkit berkurang. Nah, masalah timbul saat saya diminta menebus obat, suntuikan vitamin infus, cek darah di lab, dan lainnya.

"Nona Eka, mana yang ngantar"
"Ndak ada bu, saya sendiri," cukup menyesal juga saya harus menjawab seperti itu. Kenapa tasi saya tidak mengajak seorang teman. Dwi, misalnya.

"Siapa yang nebus ini semua?" tanya si perawat perempuan yang ternyata asalnya dari lamongan juga euy.
"Nunggu teman saya ya bu" jawabku spontan. Meski aku sendiri bingung, siapa orang yang bakal repot kupanggil kesini.
Tiba-tiba, datang seorang perawat laki-laki, semabri guyon dia minta uang biar dia yang bnebusin obat dan sebangsanya. Cuma kujawab senyuman dan bilang temanku bakal datang. Padahal, saya belum menghubungi siapa pun.

Sosok yang terlintas dipikiran saya kala itu hanya seorang, mbak tyas. Namun sayang, mbak Tyas sedang berada di luar kota. Sempat terpikir pula Dwi, tapi dia  (lagi2) jjam segitu belum mandi dan bisa dipastikan saya bakal menunggu lama. Teman himpunan? sudahlah jangan, toh mereka sedang sibuk dengan kegiatan, saya tak mau merepotkan. Akhirnya, saya hubungi adik galau saya. Sekitar lima belas menit kemudian dia sampai. Melihat saya yg tengah dipasang infus rasanya bakal ada sesi omel-omel seperti yang dilakukan teman lainnya.

Ksihan adek saya satu itu, baru sampai dan baru sempat duduk untuk sekedar menghela nafas. Aneka resep sudah disodorkan. hmmm.. saya cuma bisa bilang terima kasih, terima kasih, dan terima kasih. Sudah dua hari ini dia benar-benar saya repotkan.

Sebelum dia datang, si doketr sempat menawarkan lagi opname. Keputusan saya yg sebelumny mau opname, akhirnya saya batalkan. Why? ndak bisa, saya takut berada di rumah sakit. mendengar banyak yg menagis kesakitan, saya tak tega.

Akhirnya, setelah dua botol infus habis, saya pulang. Bukan ke rumah lamongan, bisa-bisa limbung di jalan. Bukan pula ke kos, saya khawatir pada heboh jengukin saya. Saya putuskan pulang ke rumah mbak. Eh, ternyata ramai banyak temennya, mana bisa saya istrahat. Seperti kutu loncat, saya pindah ke rumah budhe saya, lebih tenang disana.

Satu hal yang tidak terduga, wildan dan Dwi. Sobat dekat saya sejak masih berstatus mahasiswa baru. Sudah pula kuanggap sebagai kekuarga. Mereka datang ke rumah budhe saya sekedar melihat keadaan saya. So sweet. Meski cukup kasihan juga, mereka sempat nyasar. Wuw, tapi sempat-sempatnya menikmati es krim.

Yang lebih so sweet lagi, keluarga ITS online. Cuma lima orang tapi benar-benar menghibur saya malam itu. Rsanya sakit ini jadi tak berasa. Sebuah boneka lumba-lumba pun ditangan. Entah siapa yang membelikan. Tapi yang jelas, bakal saya sayang dan saya jaga lumba-lumba lucu ini. Hehe, menambah koleksi lumba-lumba saya. Ynag belum kesampaian, boneka lumba-lumba ukuran super jumbo nih hehe.

Tapi yang jelas, saya hanya bisa berucap terima kasih buat semuanya ^^


Labels : Free Wallpapers | Supercar wallpapers | Exotic Moge | MotoGP | Free Nature | car body design

0 komentar:

Posting Komentar